Hari demi hari terus menampakan jejaknya pada sang
waktu
Rembulan pun mulai malu menampakan wajah putihnya
Karena sang bintang tak mampu menggelayuti hati sang
rembulan lagi
Dan mereka saling melempar sajak-sajak yang kosong
Di malam sepi ini yang tlah bertahtakan gelap
Tak butuh pena untuk melukis kengerian malam ini
Tak butuh kuas kecil untuk menuliskan alam yang
tersirat
Malam pun kian menampakan gelapnya bulan
Malam pun kian membisukan terangnya bintang
Sajak-sajak ini semakin menggila
Menggila akan kemunafikan sang waktu
Yang tertinggal hanyalah buih-buih semata
Tak ada lagi putih dalam hamburan gelapnya malam
Dan demi masa, dimana dia yang tak pernah kembali
Menggembalikan mimpi-mimpi gilaku akan cinta dalam
putaran sang waktu
Akhirnya, tangan ini pun berhenti untuk menafsirkan
alam yang indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar