Senin, 30 Agustus 2010

Kegelisahan

Kericuhan kembali merasuk dalam benakku
Ketika semuanya tampak hilang tak berbekas
Kau masih seperti wanita yang kukenal dulu

Harum semerbak wangi tubuhmu melamunkan anganku
Meluluhkan kerasnya hatiku yang tlah membeku
Sungguh kau masih ada untukku
Kilauan sinar terang wajahmu itu membenamkan egoku
Sayang kau tak tahu kegelisahan ini

Rabu, 25 Agustus 2010

Bercampur

Lama ku tak menulis
Waktu sudah menunjuk jam 12 malam
Sungguh hal yang tak biasa
Aku masih ingin menulis dan tak tertidur dalam mimpi

Saat ini aku ingin menulis tentang kelemahanku
Ku sadari aku adalah makhluk seperti yang lainnya, makhluk yang tak sempurna
Kadang aku punya iman, kadang aku punya kebencian dan nafsu
Aku tahu bahwa ini akan selamanya terjadi padaku
Terkadang aku merindu saat iman itu datang
Terkadang pula aku menjauhinya

Malam ini aku bertemu keduanya
Mereka membelaiku dengan mesra
Iman dan nafsu memelukku bergantian
Sungguh ini membuatku terasa tak nyaman
Bercampur seakan ku tak punya salah

Malam pun masih terasa
Dinginnya mulai menusuk kulitku perlahan-lahan
Sungguh jika malam ini lewat, aku merindukannya kembali
Merindukan kengerian didalamnya

Senin, 23 Agustus 2010

Kemanusian yang Terlambat

Hari ini aku berjalan ke sebuah jalan
Jalan itu ada di daerah kampus UGM
Aku berjalan seorang diri
Sepanjang jalan ku lihat banyak orang berkrumun
Aku minder berada di dekat mereka
Karena ku tak seperti mereka

Tak sengaja ku lihat nama sebuah jalan yang bernama jalan humaniora
Jalan yang menandakan adanya rasa kemanusian yang besar di dalamnya
Tapi apa yang ku lihat
Aku lihat seorang ibu yang sedang menggendong anaknya
Meminta sebuah rasa kemanusian kepada sesama yang ada di situ
Dan tak ada satupun yang memberikan rasa kemanusian itu

Apakah ini yang tandanya tak ada rasa kemanusian lagi antar sesama manusia
Sungguh pengalaman yang menyentuh imanku
Karena aku pun baru menyadari rasa kemanusian itu saat ku menulis sajak ini
Sebuah sajak tentang pengungkapan rasa kemanusian yang terlambat