Sabtu, 28 Juli 2012

Pedih Ini



Mungkin memang ku tak seperti yang dulu
Yang dulu tiap malam selalu merindukan hangatnya waktu itu
Dan sekarang kau pun merasakan perbedaan itu
Ku tak lagi ada untukmu

Sekarang waktu berputar dengan cepatnya
Seperti roda yang berputar tak kenal lelah
Selalu berjalan lurus ke depan
Terus, sampai umur kita pun menua

Puisi ini ku buat
Jujur seperti tinta demi tinta ini ku tuliskan
Aku hanya ingin bercerita
Maafkan aku
Jika aku tlah berubah
Terimalah aku apa adanya

Inilah perasaan yang aku rasakan
Jujur, aku pun sedih dengan keadaan ini

Kamis, 26 Juli 2012

Sang



Hari demi hari terus menampakan jejaknya pada sang waktu
Rembulan pun mulai malu menampakan wajah putihnya
Karena sang bintang tak mampu menggelayuti hati sang rembulan lagi
Dan mereka saling melempar sajak-sajak yang kosong
Di malam sepi ini yang tlah bertahtakan gelap

Tak butuh pena untuk melukis kengerian malam ini
Tak butuh kuas kecil untuk menuliskan alam yang tersirat
Malam pun kian menampakan gelapnya bulan
Malam pun kian membisukan terangnya bintang

Sajak-sajak ini semakin menggila
Menggila akan kemunafikan sang waktu
Yang tertinggal hanyalah buih-buih semata
Tak ada lagi putih dalam hamburan gelapnya malam
Dan demi masa, dimana dia yang tak pernah kembali
Menggembalikan mimpi-mimpi gilaku akan cinta dalam putaran sang waktu
Akhirnya, tangan ini pun berhenti untuk menafsirkan alam yang indah





Minggu, 22 Juli 2012

Prolog #1

Hembusan angin mulai bertiup lirih
Menemaniku memulai menulis lagi
Sudah terlalu lama tangan ini tak bersua dengan alam
Mencoba lagi untuk menafsirkan keindahan alam ini
Sungguh bingung tuk memulainya lagi

Ketika tiada kata yang mampu terucap
Pikiran pun kosong tak berisi
Yang hanyalah gelap tanpa arah
Langkahku mulai goyah tanpa cahaya itu lagi
Apa yang harus ku gapai lagi, Tuhan?

Tunjukanlah KeagunganMu, Yang Maha Agung
Penguasa hati semua manusia
Maafkan hambaMu yang hina ini
Tobatku hanyalah untukMu, Ya Rabb
Ampuni Hamba
Ampun